Puisi Epos Tanah Tuah - Sofyan Daud
EPOS TANAH TUAH
909 Tahun. Tanah Tua ini Menapaki Masa
Merangkul pulau disekitarnya ke Oba, ke Gamrange, ke
Pulau-pulau Lease dan Seram, ke Raja Ampat dan Papua, pesisir Sulawesi ke Salomon,
Marshal dan Marimas.
Kolano dan Sultan bergantian disingasana, menoreh kisah
dan risalah, petuah dan amanat, warisan dan wasiat 9 abad lamanya
Doa-doa, dorora dan bebeto, barakat dan mustajab, dalil
tifa dan dalif moro yang sarat makna, dolabololo dan saluma yang falsafi dan
indah, moro-moro dan kabata yang mengetarkan.
909 Tahun
TIDORE. Tanah tuah nan tua, kearifan dan pembebasan
terbukti ampuh dan berdaya
Loa se
Banari, menjadi landasan seluruh tatanan
Kie se
Kolano, menautkan pemimpin, rakyat dan wilayah
Cing se
Cingeri, mendekatkan pemipmpin dengan rakyat
Syah se
Fakati, menafasi musyawarah dan mufakat
Adat se Nakodi,
menegakan martabat dan keberadaban
Fara se
Filang, menjamin rasa keadilan di seluruh Wilayah
Suba se
Pakasaan, mengajari rasa hormat,bukan gila hormat
Ngaku se
Rasai, menumbuhkan apresiasi antar sesama
Budi se
Bahasa, merawat adat kesopanan dan tata krama
Mae so
Kolofino, bikin orag malu berbuat salah dan dosa
Itulah kesadaran dan daya tanah tua kita, hingga ia bisa
melintasi 909 tahun usia peradaban,
Itulah tongkat yang menegukan singgasana di kaki Marijang
Hingga Mahkota tampak cemerlang dan berwibawa di puncak
limau duko yang koko perkasa
Engkau yang disini atau disana boleh percaya boleh juga
tidak
Tetapi dari tanah tua ini, aku mesti katakan dengan
lantang
Tidore dan jazirah Tulk Mulk bukanlah pulau-pulau noktah
Tak hanya pulau titik seperti bailuki terbalik atau bira
dada
Melainkan hamparan kebudayaan amat luas
Ia, Peradaban
Peradaban tua yang membebaskan,
Menegakan manusia dan kemanusian, identitas, martabat, dan
wilayah sepertiga Nusantara,
Lalu menyerahkannya kepada Indonesia pada 1945
Hingga Indonesia menjadi raya, menjadi luas, Membentang
dari Sabang di Aceh hingga Merauke di Papua.
Entah, apakah sekarang Indonesia tahu
dan inggat ???
Kini, di gerbang 909 tahun. Tanah tuah nan tua
AKU, yang bukan sesiapa di tanah ini berkhikmad dalam
diam,
Menafsirkan ringis dan lirih angin dari rindang Marijang
yang kerap membisikan tanya nan cemas.
Kisah apa yang kini dan nanti kau tuliskan, Meneruskan
kisah dan risalah digya dari silam agar ia tak terhenti sebagai roman dan
kenangan ?
KITA. Kita kini memang mesti punya cerita yang bisa
dicatat supaya kelak bisa diwariskan
Bahwasa kita sudi menghayati silam untuk masa depan,
sungguh-sungguh meresapi wasiat dan petuah berabad-abad
memandang loa dan banari tak sekedar slogan.
ngaku se rasai, suba se pamakasan, mae se kolofino tak
sekedar pemanis bahasa
Bahwa Kita
Kita senantiasa setia menjaga juanga terus berlayar
membela samudra dada dengan waspada.
Kita tetap sedia dan tak pernah lelah menabu tifa, supaya
kesadaran tetap terjaga dalam awas
Kita masih suka dendangkan saluma dan kabata mengabarkan
kearifan dan pembebasan
Sekaranglah saatnya, bukan esok apalagi lusa
Maka mesti kita tuliskan kisah atau risalah kita, tentang
kita
Tentang sejarah tanah ini yang mesti dibenah, berbenah,
terbenah
Beranjak berlahan, melangkah teratur ke masa depan
Agar kelak SEJARAH tak menulis kita GAGAL DAN SIA-SIA
karya : Sofyan Daud
Komentar
Posting Komentar